Sabtu, 16 Maret 2013


Belajar dari ketenangan dan kejerniahan mata air di kampung ulin
(Rara)
Setelah berputar putar mencari sumber air bersih untuk memasak kami tidak menyadari bahwa sunber air itu teramat dekat dengan kita. Salah seorang warga Nampak tersenyum dan mengarahkan, ”neng, pami bade nyondong cai mah teu kedah keluar ti kampunng ulin, di caket kolam alit ogen aya cai burial, warga oge sok nyondong ti palih dinya”. Kamipun tereharan-heran letak air tersebut ternyata tak jauh dari tempat kami menyalakan tungku untuk memasak. Kami terkecoh dengan sebuah danau yang keruh dan agak tidak terawat, setelah kami hampiri ternyata disamping danau ada sumbr mata air yang begitu amat jernih. Entah mengapa seketika mata ini menyimpulkan bahwa seakan belum pernah melihat sumber air sejernih ini.  Akupun terhipnotis. Kilauan nya memaksa untuk tetap memandangi jernih dan damainya situasi saat itu. Seakan aku melihat wajah sosok ayah dan bundaku disana yang tampak seaakan ingin menggapai tanganku, Akupun ingin memeluk erat mereka. Sebelah kanan tersenyum sosok adik yang selalu ceria seakan memksa ku untuk masuk kedalamnya dan bermain ria disana, nun jauh disana. Kiri atas nenekku Nampak sedang berbincang dengan anak dan cucu kesayangannya,, ia teramat bahagia dan merajuk kepadaku agar tenggelam bersama kebahagiaan itu. Sudut kanan bawah sahabat-sahabatku tampak melambai-lambaikan tangan mereka, seakan  merindukan kebersamaan dahulu setelah perpisahan yang cukup lama diantara kita. Tiba-tiba mereka memudar…. Tunggu! aku tak kunjung ucapkan satu kata jua. Jauh dikedalaman itu akupun memaksa mereka untuk mendenagrkan teriakan ku. Aku sayang kalian semua.
Sedikit demi sedikit ingatanku kembali pada domainnya. Aku terlalu lama ditempat ini. Temanku diperapian menyeru untuk segera ke sana, kawan-kawan lainnya sudah tak sabar untuk menyulap genggaman bulir putih ini. Bergegaslah kawanku menyiapkan hidangan yang mereka sebut makanan kaya vit. A dan kami menikmati hidangan seakan berada di tepi pantai dengan debur ombak yang landai.
 Aku bersukur, masih ada kawan yang mau berbagi senyumnya untukku, masih ada alam yang mau menerima kehadiranku, dan masih ada jatah nafas yang Tuhan berikan untuk ku pada hari ini, detik ini dalam kesempatan yang ceria ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar